SIKLUS BISNIS DAN KRISIS EKONOMI DI DUNIA DAN NEGARA ISLAM



SIKLUS BISNIS DAN KRISIS EKONOMI DI DUNIA DAN NEGARA ISLAM
Sebagai Tugas Terstruktur Kelompok
dalam Mata Kuliah Ekonomi Islam (Makro)
Diampu oleh: H. M. Ali Nasrun, SE, M.Ec
Program Studi Ekonomi Islam
Disusun oleh:
KELOMPOK 2
Yuniar Dwi Pramaswati          B1061151014
Ade Wahyuni                          B1061151017
Muyesaro                                B1061151033

Marhamah                    
          B1061151036
Desi Aji                                   B1061151037




FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVESITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
201
7


KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Siklus Bisnis dan Krisis Ekonomi di Dunia dan Negara Islam”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah Ekonomi Islam (Makro) Bapak H. M. Ali Nasrun, SE, M.Ec
Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang  berkaitan dengan materi siklus bisnis dan krisis ekonomi yang terjadi di dunia serta negara Islam. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Ekonomi Islam (Makro) atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada rekan - rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Ekonomi terutama materi mengenai siklus bisnis dan krisis ekonomi yang terjadi di dunia maupun di negara Islam. Sehingga kita mengetahui apa saja yang terjadi dalam bisnis dan masalah krisis ekonomi yang terjadi. Dan penulis berharap bagi pembaca untuk dapat memberikan pandangan dan wawasan agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

                                                                                  Pontianak, 9 Mei 2017



Penulis



                                                    DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1
B.     RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 1
C.     TUJUAN PENULISAN....................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN SIKLUS BISNIS....................................................................... 3
B.     KONSEP DASAR SIKLUS BISNIS.................................................................. 3
C.     TAHAPAN SIKLUS BISNIS.............................................................................. 5
D.    SIKLUS BISNIS DI NEGARA ISLAM............................................................. 8
E.     PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR KRISIS EKONOMI...................... 10
F.      KRISIS EKONOMI DI DUNIA....................................................................... 11
G.    KRISIS EKONOMI DI NEGARA ISLAM...................................................... 15

BAB III. PENUTUP
A.    KESIMPULAN................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... iv


 BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus menerus bertumbuh, tanpa satu tahun bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas. Perekonomian seperti ini dipercaya akan mampu memberikan kemakmuran dan keadilan bagi rakyatnya dari generasi ke generasi. Teori siklus bisnis memiliki peranan penting karena banyak orang yang mempercayai keberadaannya. Namun bukan kepercayaan yang permanen.

Krisis ekonomi atau yang sering disebut dengan nama krisis moneter merupakan suatu peristiwa atau kondisi menurunya ekonomi suatu Negara. Beberapa Negara pernah mengalami yang namanya krisis dalam perekonomian negaranya. Karena krisis merupakan kejadian yang simultan dan memiliki effek yang akan menyebar keberbagai Negara. Banyak yang menyebutkan bahwa Krisis moneter merupakan hasil dari ekonomi kapitalis yang sepenuhnya bergantung  pada sistem pasar yang ada. Akibatnya pasar tidak terkendali dan mengakibatkan terjadinya krisis. Sebagian besar negara-negara di dunia pernah mengalami krisis ekonomi,  bahkan AS juga pernah mengalaminya. Indonesia pun tidak dapat mengelak dari  permasalah tersebut, dimana Indonesia dilanda oleh suatu krisis ekonomi yang diawali dari krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada pertengahan tahun 1997.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1.      Pengertian siklus bisnis ?
2.      Bagaimana konsep dasar siklus bisnis ?
3.      Bagaimana tahapan siklus bisnis ?
4.      Seperti apa siklus bisnis di negara Islam ?
5.      Apa pengertian dan konsep dasar krisis ekonomi ?
6.      Bagaimana krisis ekonomi di dunia ?
7.      Bagaimana krisis ekonomi di negara Islam ?

C.    TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Dapat menjelaskan pengertian siklus bisnis.
2.      Dapat menjelaskan konsep dasar siklus bisnis.
3.      Dapat mendeskripsikan tahapan siklus bisnis.
4.      Dapat memahami siklus bisnis di negara Islam.
5.      Dapat menjelaskan pengertian dan konsep dasar krisis ekonomi.
6.      Dapat memahami krisis ekonomi yang terjadi di dunia.
7.      Dapat memahami krisis ekonomi di negara Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN SIKLUS BISNIS
Setiap negara mengharapkan  suatu perekonomian  yang ideal di mana  pertumbuhan ekonomi  diharapkan tumbuh secara terus menerus, tanpa mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas. Sayangnya, dalam dunia nyata  perekonomian umumnya mengalami kondisi yang naik turun, setidak-tidaknya dilihat dari perkembangan tingkat output dan harga. Naik turunnya aktivitas ekonomi tersebut relatif terjadi dan terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu yang bervariasi. Dalam ilmu ekonomi, gerak naik turun tersebut dikenal sebagai siklus bisnis (The Business cycle).
 Siklus bisnis yaitu satu lompatan dalam output, pendapatan, dan kesempatan kerja nasional tetap secara total, yang biasanya berlangsung selama satu periode yang terdiri dari dua sampai sepuluh tahun, dan ditandai ekspansi atau kontraksi dalam berbagai sektor perekonomian

B.     KONSEP DASAR SIKLUS BISNIS
Siklus dapat terjadi dalam jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang, tergantung sistem ekonomi yang dianut dan penyebab siklus dalam suatu negara. Kaum kapitalis memperkirakan  bahwa akan terjadi krisis (economics down turn) dalam siklus bisnis setiap 25 tahun sekali, sedang kaum sosialis memperkirakan krisis akan terjadi setiap 45 tahun sekali, jangka waktu ini lebih panjang mengingat besarnya peran pemerintah dalam perekonomian terutama dalam pengaturan harga. Kalau kita melihat ke belakang, sejarah terjadinya resesi tahun 1936 telah menyadarkan ekonom klasik tentang adanya siklus bisnis dalam perekonomian. Keseimbangan pasar yang diatur oleh mekanisme pasar terkadang tidak selamanya terjadi karena adanya potensi over supply (kelebihan penawaran) dalam perekonomian. Kenyataannya, full employment (penggunaan tenaga kerja penuh) tidak akan pernah dapat dicapai, perekonomian akan selalu dihadapkan pada masalah inflasi dan pengangguran. Pada satu sisi perekonomian berusaha untuk memaksimalkan output (maksimisasi penggunaan resourses), sedang pada sisi yang lain akan ada ancaman stabilitas harga. Adanya keterbatasan resources (faktor-faktor produksi, termasuk didalamnya tenaga kerja) menyebabkan pada satu titik kenaikan harga akan melampaui kenaikan barang yang diproduksi, akibatnya akan ada penurunan pendapatan riil masyarakat sehingga akan terjadi penurunan permintaan (kelebihan supply). Kelebihan supply ini akan menyebabkan berlakunya pengangguran faktor-faktor produksi (termasuk tenaga kerja) dalam perekonomian. Siklus bisnis dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas ekonomi. Siklus ini terdiri atas empat elemen (Dornbusch, et.al., 2008), yaitu:
1.      Gerakan menaik (Recovery)
2.      Titik puncak (peak)
3.      Gerakan Menurun  (recession)
4.      Titik terendah (trough)
Pada saat fase gerakan menaik, biasanya pertumbuhan ekonomi meningkat dan menyebabkan daya beli masyarakat meningkat. Pada fase ini inflasi bergerak naik sampai pada titik puncak dan inflasi mencapai titik optimum pada satu siklus tersebut kemudian akan kembali menurun seiring penurunan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. Gerakan menurun berimplikasi pada meningkatnya angka pengangguran dan deflasi atau penurunan harga-harga barang dan jasa. Kadang kala karena berbagai faktor, terjadi pertumbuhan ekonomi yang begitu baik, sehingga titik kulminasinya jauh di atas biasanya atau disebut kondisi boom. Namun sebaliknya dapat juga terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi jauh dibawah titik nadir yang biasanya. Hal ini disebut depresi (depression). Sebagai contoh, depresi besar (great depression) yang dialami negara-negara kapitalis selama 1929-1933, di mana  outputekonomi berkurang drastis sementara tingkat pengangguran tercatat sangat tinggi. Demikian juga dengan krisis ekonomi yang pernah dialami Indonesia yaitu krisis moneter tahun 1997/1998 di mana pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi (pertumbuhan ekonomi negatif) sebesar 15 % pertahun di tahun 1998.
Pengaruh siklus bisnis terhadap inflasi dan pengangguran pada siklus yang tergolong ringan bisa dikatakan tidak membahayakan perekonomian. Hanya saja pada siklus menurun dengan rentang waktu cukup lama dan menyebabkan meningkatnya pengangguran atau siklus menaik yang menyebabkan inflasi tercatat cukup tinggi (misalnya di atas 10 persen dan terus bergerak naik) maka  kebijakan ekonomi sangat berperan penting di sini. Beberapa penelitian menemukan bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiskal sangat berperan penting dalam stabilitas siklus bisnis terutama dalam pengendalian inflasi dan pengangguran. Stimulus kebijakan fiskal dengan menambah anggaran pada saat siklus menurun (resesi) beberapa kalangan menilai lebih efektif untuk menggerakkan perekonomian sektor riil sehingga pada akhirnya pengangguran akan mengalami penurunan. Untuk mengendalikan permintaan masyarakat, kebijakan moneter di nilai juga efektif dalam mempengaruhi fluktuasi inflasi yang berlebihan. Efektivitas kebijakan  ini tergantung jangka waktu (jangka panjang atau jangka pendek) dan tergantung bagaimana sensitivitas respons perekonomian terhadap dua kebijakan tersebut.

C.    TAHAPAN SIKLUS BISNIS
Para analis modern membagi siklus bisnis ke dalam beberapa tahapan yaitu:

1.      Puncak, Pada posisi ini kinerja ekonomi mencapai tingkat yang maksimum. Beberapa ciri penting bahwa negara berada diposisi puncak adalah:
a.    Pencapaian GDP potensial. Dalam kondisi ini sulit meningkatkan GDP karena tidak mampu menemukan orang untuk bekerja. Perusahaan yang mengeluarkan iklan rekrutment karyawan baru akan gigit jari karena tidak menemukan karyawan yang diharapkan. Walaupun ada maka harus dibajak dari perusahaan lain. Kalau masih ada bahan baku untuk berproduksi dan meningkatkan GDP, maka harus dilakukan investasi tambahan kapasitas produksi, meningkatkan kemampuan karyawan sehingga lebih produktif, mengganti teknologi yang lebih produktif, atau merekrut SDM dari negara lain.
b.    Tekanan inflasi. Oleh karena semua berada pada kondisi penuh kerja, tidak dapat meningkatkan jumlah produk yang dapat diproduksi sedangkan orang-orang memiliki banyak uang dari hasil kerja, maka permintaan produk cenderung meningkat sendangkan penawaran produk relatif stabil. Kondisi seperti ini cenderung untuk menyebabkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, yang bisa menyebabkan inflasi meningkat.
c.    Kemungkinan ledakan ekonomi (boom). Ledakan ekonomi terjadi bila permintaan begitu tingginya sehingga GDP yang dihasilkan melebihi potensialnya.

2.      Resesi, pada kondisi ini dicirikan oleh turunnya GDP riil selama 2 periode berturut-turut. Kondisi ini terjadi sebagai dampak dari hal-hal yang terjadi di kondisi puncak yang dimulai dengan terjadinya inflasi. Beberapa ciri yang muncul dalam kondisi ini sebagai berikut:
a.    Turunnya daya beli oleh karena inflasi yang cenderung tinggi. Masyarakat merasakan dampak inflasi tersebut terhadap daya belinya. Kenaikan harga menyebabkan uang yang dimiliki dari hasil kerja mereka menjadi kurang bernilai. Akibatnya jumlah yang mereka beli secara rill menurun. Selain turunnya daya beli, masyarakat juga mengurangi belanja dengan mengalokasikan lebih besar penghasilannya untuk ditangan.
b.    Turunnya inflasi diakibatkan turunnya konsumsi. Perusahaan mulai merasakan bahwa produksi mereka menjadi berlebihan cirinya adalah semakin banyak persediaan barang jadi yang siap dijual, menumpuk digudang dan dibagian pemasaran kesulitan menjual produk, kecuali dengan diskon yang cukup besar
c.    Turunnya kesempatan kerja diakibatkan perusahaan dan pelaku ekonomi lainnya ridak merekrut karyawan baru bahkan sebagian dari karyawan dirumahkan, dan dalam kondisi yang buruk di PHK. Tidak membuka lowongan pekerjaan juga berdampak pada tidak tersedianya lapangan pekerjaan untuk tenaga kerja baru.
d.   Peningkatan pengangguran diakibatkan tidak tersedianya lapangan kerja baru dan banyaknya pencari kerja baru. Hal ini semakin buruk keadaan karena mereka yang menganggur tidak memiliki daya beli, menyebabkan perusahaan enggan untuk berinvestasi.

3.      Lembah, terjadi karena GDP terus turun yang terjadi akibat resesi. Namun akan ada suatu saat GDP berada kondisi terbawah karena tidak mungkin produksi berhenti atau pembelian berhenti sama sekali. Misalnya, produksi pakaian tetap beroperasi sekalipun pada tingkat minimum karena orang tetap perlu membeli pakaian, paling tidak untuk mengganti yang tidak layak pakai. Sebagai akibatnya, industri terkait tetap bekerja sekalipun pada tingkat minimum. Secara umum ciri - ciri bahwa berada pada posisi ini sebagai berikut :
a.    Tingginya pengannguran yang terus meningkat sampai mencapai tingkat yang sangat tinggi. Tidak ada standar berapa tingkat pengangguran tertinggi yang mengindikasikan kita berada di lembah.Namun, pengalaman indonesia menunjukkan, tingkat pengangguran bisa mencapai 40% dari angkatan kerja.
b.    Kapasitas produksi yang menganggur. Hal ini menyebabkan banyak pabrik dan mesin yang terbengkalai dan tidak diurus oleh pemiliknya. Mereka cenderung tidak beroperasi daripada beroperasi tetapi mengalami kerugian yang besar, yaitu nilai penjualannya lebih rendah dari biaya variabelnya.
c.    Risiko tinggi yang diakibatkan karena pelaku ekonomi merasa takut berinvestasi karena tidak adanya keyakinan akan keberhasilan usaha mereka.

4.      Ekspansi atau Pemulihan. Ekonomi suatu negara tidak akan selamanya di lembah atau kondisi depresi. Suatu saat akan terjadi kebangkitan salah satu stimulasinya adalah tindakan pemerintah melalui kebijakan, baik kebijakan fiskal maupun moneter. Ciri-ciri penting proses pemulihan adalah sebagai berikut:
a.    Membaiknya indikator ekonomi, Seperti yang terjadi ditahun 2001 dan 2002 di Indonesia beberapa indikator ekonomi mulai tampak berhasil dikendalikan seperti suku bunga. Dengan rendahnya suku bunga biaya modal juga turun. Inflasi berhasil dikendalikan pada tingkat yang rendah, maksimum 5%. Kondisi keamanan mulai stabil karena turunnya atau bahkan hilangnya gejolak buruh dan tindakan kriminal sebagai akibat pengangguran. Nilai tukar mata uang juga mulai stabil.
b.    Meningkatnya investasi, karena adanya stimulan atau rangsangan ekonomi (misalnya oleh pemerintah melalui pengeluaran pemerintah), dan bagusnya indikator makro, pelaku usaha mulai optimis mereka mulai memperbaiki kondisi pabrik supaya bisa beroperasi. Beberapa perusahaan juga mulai mengkaji investasi baru.

D.    SIKLUS BISNIS DI NEGARA ISLAM
Alquran telah jelas menceritakan tentang adanya siklus bisnis dalam perekonomian dan cara pengelolaannya. Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 43-48 telah menceritakan tentang kebijakan fiskal yang dilakukan masyarakat Mesir pada zaman nabi Yusuf, A.S. Dikisahkan bahwa pada zaman nabi Yusuf, A.S., raja Mesir saat itu bermimpi melihat tujuh ekor sapi gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus dan tujuh tangkai gandum yang hijau dan (tujuh tangkai ) yang lain kering. Nabi Yusuf, A.S., mengartikan mimpi tersebut bahwa akan terjadi tujuh masa di mana perekonomian akan mengalami booming (masa subur), dan tujuh masa kemudian mengalami paceklik (resesi).
Mimpi di maknai bahwa dalam perekonomian akan ada siklus bisnis. Saran beliau adalah bahwa pada masa booming, bercocok tanamlah selama tujuh tahun tersebut secara biasa. Sebagian yang telah dipanen hendaklah disimpan bersama tangkainya dan sedikit sisanya adalah untuk konsumsi sekarang. Kemudian jika telah datang masa tujuh tahun kemarau (kelaparan), simpanan makanan dapat dikonsumsi dan sebagian kecil disisakan untuk menjadi benih dan begitu seterusnya. Kebijakan ini berhasil membawa perekonomian mesir pada tingkat kemakmuran. Di mana Mesir dapat melalui tahap-tahap siklus bisnis dengan baik. Kebijakan anggaran surplus yang diterapkan baik dalam tingkat individu maupun pemerintah dizaman nabi Yusuf, A.S ini merupakan adanya bukti bahwa kebijakan ekonomi telah ada jauh sebelum teori modern tentang kebijakan anggaran dan teori siklus bisnis muncul.

Dalam konteks modern, masa kaya raya dapat di sinonimkan sebagai masa booming, dimana indikator perekonomian rata-rata mengalami peningkatan, seperti; pertumbuhan ekonomi, surplus neraca perdagangan dan pembayaran, naiknya harga minyak bumi, swasembada pangan, dan lain-lain. Sebagai contoh kasus, Indonesia pernah mengalami masa boom minyak (oil boom) pada tahun 1973 dan 1979, dimana terjadi kenaikan harga-harga minyak di pasaran internasional. Pada saat itu potret perekonomian Indonesia terlihat sangat bagus dan gemilang berkat kejutan-kejutan minyak tersebut. Masa paceklik dalam sejarah nabi Yusuf A.S dapat diistilahkan sebagai masa depresi (depreciation) dimana terjadi penurunan terendah dalam aktivitas perekonomian (economics down turn). Masa krisis dalam perekonomian modern terjadi karena berlakunya pengangguran dan penurunan aktivitas perekonomian. Terkadang bahkan perekonomian dihadapkan pada masalah inflasi dan pengangguran yang terjadi bersamaan, seperti kasus krisis Asia tahun 1997/1998 lalu.
Di zaman Nabi Muhammad, S.A.W., lembaga keuangan negara yang disebut baitul mal berperan menjalankan kebijakan fiskal. Baitul mal bukanlah sekedar bazis seperti sekarang ini, tetapi juga berperan sebagai lembaga pengelola keuangan negara.. Untuk kebijakan moneter dilihat dari sudut pandang Islam, secara umum konsep dasar dari aktivitas perekonomian terutama disektor moneter tertuang dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 275
Dalam surat tersebut jelas bahwa dalam konsep ekonomi Islam, adanya larangan yang tegas mengenai riba atau bunga seperti di zaman modern saat ini. Dengan jelas bahwa yang di perbolehkan adalah prinsip-prinsip jual beli yang kemudian menjadi dasar dari kegiatan-kegiatan sektor keuangan Islam, seperti perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

E.     PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR KRISIS EKONOMI
Krisis ekonomi adalah situasi dimana ekonomi dari sebuah negara mengalami penurunan yang disebabkan oleh krisis keuangan. Krisis keuangan dalam perekonomian ditandai dengan jumlah permintaan uang melebihi jumlah penawaran uang, ini artinya bank-bank dan lembaga keuangan non bank mengalami kehabisan likuiditas. Jika sebuah negara dilanda krisis ekonomi, akibat yang pasti adalah penurunan Produk Domestik Bruto (PDB), pengeringan likuiditas, dan harga - harga naik (inflasi) atau menurun (deflasi). Sebuah krisis ekonomi dapat berbentuk resesi atau depresi, yang juga umumnya disebut krisis ekonomi riil. Penurunan (resesi) dan peningkatan (ekspansi) PDB dan juga PDB tetap (steady-state) adalah bagian dari siklus ekonomi yang pasti akan dialami oleh negara-negara berkembang maupun negara maju. Perbedaan antara resesi dan depresi hanya terletak pada jangka waktu atau lamanya krisis tersebut berlangsung.
Suatu negara disebut mengalami resesi ekonomi apabila penurunan PDB nya berlangsung selama enam bulan berturut-turut. Ini ditandai dengan pengangguran tinggi (kesempatan kerja rendah), tingkat upah stagnasi  dan kejatuhan dalam penjualan retail. Resesi ekonomi biasanya terjadi tidak lebih dari satu tahun dan efeknya lebih ringan dari depresi. depresi ekonomi didefinisikan sebagai titik terendah dalam sebuah siklus ekonomi, yang dicirikan  dengan :
1.    Kemampuan belanja pemerintah menurun
2.    Jumlah pengangguran besar (lebih dari 50 persen dari jumlah tenaga kerja)
3.    Konsumsi menurun
4.    Harga naik dengan laju yang lebih rendah dari laju normal
5.    Upah menurun atau persentase lebih kecil dari pada laju pada saat normal
6.    Hilangnya harapan masyarakat terhadap masa depan.

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mendefinisikan krisis sebagai suatu situasi yang genting dan gawat, atau suatu kemelut mengenai suatu kejadian atau peristiwa-peristiwa yang menyangkut  kehidupan. Ekonomi adalah faktor dasar kebutuhan hidup manusia yang bersifat materil atau fisik atau dapat dikatakan sebagai tatanan perekonomian di  suatu negara.
Berdasarkan pengertian  tentang krisis dan ekonomi yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa krisis ekonomi adalah suatu peristiwa yang genting dan penuh dengan kemelut tentang tatanan kehidupan perekonomian suatu negara yang merupakan faktor dasar bidang kehidupan manusia yang bersifat materil. Krisis ekonomi global adalah peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan/degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia.

F.     KRISIS EKONOMI DI DUNIA
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia antara lain disebabkan karena korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), manipulasi dan praktek-praktek ekonomi yang tidak beretika atau tidak bermoral. Kondisi itu lalu menghadirkan moral hazard di berbagai sektor ekonomi dan politik yang harus dipikul dan ditanggung bersama semua elemen bangsa
Krisis global yang berawal dari Amerika yang dikenal sebagai negara adidaya jantungnya kapitalisme telah menular ke eropa, Asia termasuk Indonesia dan banyak Negara lainnya. Di Negara-negara industri utama (Amerika, Inggris, jerman, Italia, Jepang dan sebagainya) mengalami kepanikan dan ramai-ramai melakukan tindakan penyelematan, bagaiamana tidak kejatuhan beberapa pasar modal di Negara industri utama dan banyaknya perusahaan yang mengalami kerugian bahkan menutup usahanya membuat ekonomi mengalami stagflasi.
Negara yang terkena dampak krisis rata-rata mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi, OECD menggambarkan 30 negara anggota G20 pertumbuhan ekonominya turun sampai 4,3% (Kompas;1/4/09), tingkat pengangguran di As melonjak 8,5 persen pada Maret atau tertinggi sejak penghujung 1983. Lonjakan itu berasal dari 663.000 orang yang kehilangan pekerjaan di AS, Produsen telepon selular Sony Ericsson, Jumat (17/4), mengumumkan akan mengurangi 2.000 lebih karyawannya setelah perusahaan yang berkantor pusat di London itu menderita rugi 293 juta euro (384 juta dolar AS) dalam kuartal pertama tahun ini. Perusahaan peralatan Rumah tangga terbesar di dunia Whirpol Co. melakukan efisiensi dan akan menutup mesin cuci di Shangai dengan memberhentikan 600 karyawan (kompas;16/4/09).  Maskapai penerangan Air France, yang merupakan bagian dari grup Air France-KLM, diberitakan oleh media Dow Jones, Rabu (15/4), menginformasikan rencana untuk merumahkan antara 2.500-3.000 pekerja sampai dengan Maret 2011. Keputusan merumahkan karyawan akibat maskapai tersebut menderita kerugian sekitar 200 juta euro selama satu tahun fiskal 2008 yang berakhir 31 Maret 2009.
Data ini memperlihatkan dengan jelas bahwa ekonomi dunia khususnya bagi mereka yang menganut free economic market sedang mengalami kelesuan akibat krisis sehingga persoalan kerugian dan penutupan usaha serta pemutusan hubungan kerja ( Krisis keuangan hebat sedang terjadi di Amerika Serikat, sebuah bencana besar di sektor ekonomi keuangan. Bangkrutnya Lehman Brothers, perusahaan sekuritas berusia 158 tahun milik Yahudi ini menjadi pukulan berat bagi perekonomian AS yang sejak beberapa tahun terakhir mulai goyah. Para analis menilai, bencana pasar keuangan akibat rontoknya perusahaan keuangan dan bank-bank besar di Negeri Paman Sam satu per satu, tinggal menunggu waktu saja.
Bangkrutnya Lehman Brothers langsung mengguncang bursa saham di seluruh dunia.  Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis  7 sd 10 persen. Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street mengalami kerugian besar, bahkan surat kabar New York Times menyebutnya sebagai kerugian paling buruk sejak peristiwa serangan 11 September 2001.
Indonesia juga terkena dampaknya. Pada tanggal 8 Oktober 2008, kemaren, IHSG tertekan tajam turun 10,38 %, yang membuat pemerintah panik dan terpaksa menghentikan (suspen) kegiatan pasar modal beberapa hari.  Demikian pula Nikken di Jepang jatuh lebih dari 9 %. Pokoknya, hampir semua pasar keuangan dunia terimbas krisis financial US tersebut. Karena itu para pengamat menyebut krisis ini sebagai krisis finansial global. Krisis keuangan global yang terjadi belakangan ini, merupakan fenomena yang mengejutkan dunia, tidak saja bagi pemikir ekonomi mikro dan makro, tetapi juga bagi para elite politik dan para pengusaha.
Dalam sejarah ekonomi, ternyata krisis sering terjadi di mana-mana melanda hampir semua negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Krisis demi krisis ekonomi terus berulang tiada henti, sejak tahun 1923, 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, dan 1998 – 2001 bahkan sampai saat ini krisis semakin mengkhawatirkan dengan munculnya krisis finansial di Amerika Serikat . Krisis itu terjadi tidak saja di Amerika latin, Asia, Eropa, tetapi juga melanda Amerika Serikat.
Pada tahun 1907 krisis perbankan Internasional dimulai di New York, setelah beberapa decade sebelumnya yakni mulai tahun 1860-1921 terjadi peningkatan hebat jumlah bank di Amerika s/d 19 kali lipat. Selanjutnya, tahun 1920 terjadi depresi ekonomi di Jepang. Kemudian pada tahun 1922 – 1923 German mengalami krisis dengan hyper inflasi yang tinggi. Karena takut mata uang menurun nilainya, gaji dibayar sampai dua kali dalam sehari. Selanjutnya, pada tahun 1927 krisis keuangan melanda Jepang (37 Bank tutup); akibat krisis yang terjadi pada bank-bank Taiwan
Selanjutnya sejarah mencatat bahwa pada tahun 1980 krisis dunia ketiga; banyaknya hutang dari negara dunia ketiga disebabkan oleh oil booming pada th 1974, tapi ketika negara maju meningkatkan interest rate untuk menekan inflasi, hutang negara ketiga meningkat melebihi kemampuan bayarnya. Pada tahun 1980 itulah terjadi krisis hutang di Polandia; akibat terpengaruh dampak negatif dari krisis hutang dunia ketiga. Banyak bank di eropa barat yang menarik dananya dari bank di eropa timur.
Pada saat yang hampir bersamaan yakni di tahun 1982 terjadi krisis hutang di Mexico; disebabkan outflow kapital yang massive ke US, kemudian di-treatments dengan hutang dari US, IMF, BIS. Krisis ini juga menarik Argentina, Brazil dan Venezuela untuk masuk dalam lingkaran krisis.
Perkembangan berikutnya, pada tahun 1987 The Great Crash (Stock Exchange), 16 Oct 1987 di pasar modal US & UK. Mengakibatkan otoritas moneter dunia meningkatkan money supply. Selanjutnya pada tahun 1994 terjadi krisis keuangan di Mexico; kembali akibat kebijakan finansial yang tidak tepat.
Pada tahun 1997-2002 krisis keuangan melanda Asia Tenggara; krisis yang dimulai di Thailand, Malaysia kemudian Indonesia, akibat kebijakan hutang yang tidak transparan. Krisis Keuangan di Korea; memiliki sebab yang sama dengan Asteng.
Kemudian, pada tahun 1998 terjadi krisis keuangan di Rusia; dengan jatuhnya nilai Rubel Rusia (akibat spekulasi) Selanjutnya krisis keuangan melanda Brazil di tahun 1998. pad saat yang hamper bersamaan krisis keuangan melanda Argentina di tahun 1999. Terakhir, pada tahun 2007-hingga saat ini, krisis keuangan melanda Amerika Serikat.

G.    KRISIS EKONOMI DI NEGARA ISLAM
Persoalan krisis ekonomi pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Namun dengan metod, kerjasama dan kesabaran, krisis tersebut dapat ditangani dengan jayanya terutama pasca hijrah Baginda dan sahabat di kota Madinah (Yathrib) yang terkenal dalam sektor pertanian dan perniagaan.
Di sana terdapat pasar yang mengandungi segala sektor perekonomian, perindustrian, penternakan serta perdagangan telah berjalan dengan baik dan lancar. Madinah adalah sebuah kota lokasi sangat strategik yang sebagian besar berorientasi bahan pertanian. Oleh kerana itu, sebahagian besar penduduknya bergantung pada sektor pertanian dan perdagangan.
Selain itu, kota Madinah juga kaya dengan produksi dari hasil tanaman gandum, sayur-sayuran, buah-buahan dan juga barli. Tidak hanya itu, kota ini juga adalah pengeluar terbesar buah kurma atau tamar terutama menjelang musim kemarau. Daripada penghasilan ini saja, kota Madinah dapat memainkan peranan penting dalam perekonomian di kawasan sekitarnya.
Dengan banyaknya infrastruktur ekonomi yang ada di Madinah, para pelaku pasar telah menerapkan berbagai sistem ekonomi pada ketika itu. Di antaranya sistem perekonomian yang dijalankan seperti sistem al-Muzara’ah, al-Mu’ajarah, al-Muzabanah, al-Mu’awamah. Sistem–sistem yang ada itu sebahagian digunakan sebagai sistem ekonomi Islam dan sebahagian lainnya dimurnikan oleh ajaran Islam.
Peristiwa ini direkam oleh hadis dari Qatadah bin Nu’man yang diriwayatkan Imam Tirmizi. Makanan pokok masyarakat Madinah adalah kurma dan gandum. Kadang-kadang mereka bawa masuk barang dari luar dengan menggunakan dafitah (alat pemikul barang diletakkan di kiri kanan belakang unta, kuda dan sebagainya). Madinah yang mempunyai sumber daya dan letaknya yang sangat strategik, ternyata tidak menjamin terjadinya kemakmuran di negeri itu. Bahkan sebaliknya Madinah pernah diterpa dan terlibat krisis ekonomi yang berpanjangan.
Kesejahteraan tidak terjadi secara merata, perbezaan taraf ekonomi masyarakat sangat ketara. Sebahagian masyarakat sangat kaya, namun sebahagian lainnya miskin. Lebih dari itu, ditambah dengan krisis politik yang disebabkan terjadi pertikaian dan konflik para elit politik waktu itu. Keadaan ini memberi impak negatif terhadap pengurusan sumber daya alam dan manusia di kota Madinah. Di samping itu, ketika kaum Muhajirin berhijrah dari Mekah ke Madinah sebenarnya tidak membawa bekal yang cukup seperti makanan, pakaian dan sebagainya. Namun sebagai seorang pemimpin yang bijak, keadaan ini telah dikuasai Rasulullah SAW.
Lagi pula dalam sektor ekonomi, pada waktu itu di Madinah telah berada dalam cengkaman sistem kapitalis Yahudi, di mana mereka telah memegang sumber-sumber ekonomi yang berdasarkan sistem riba yang berleluasa. Sistem monopoli telah merosak norma-norma kemanusiaan. Kaum Yahudi juga telah melakukan berbagai propaganda dalam menghancurkan dakwah Islam yang dijalankan Rasulullah dan para sahabat. Mereka juga melakukan usaha penghasutan dengan pemboikotan agar tidak memberikan bantuan makanan kepada kaum Muhajirin yang datang dari Mekkah.
Krisis ekonomi juga ketika itu disebabkan peperangan antara suku Aus dan Khazraj yang berpanjangan. Peperangan yang memakan waktu cukup lama itu tentunya mengeluarkan biaya perang yang bukan sedikit, seperti membeli peralatan senjata dan alat perang lainnya. Kaum Muhajirin juga sedang mengalami masa transisi ekonomi akibat perpindahan yang mereka lakukan. Kemampuan ekonomi mereka sangat terbatas, apa lagi krisis ekonomi bawaan dari Mekah yang telah mereka hadapi sebelumnya. Tentunya keadaan ini menjadikan krisis ekonomi di Madinah semakin parah dan bertambah.
Keadaan yang sangat ketara ini juga, ditambah lagi terjadi pada tahun sembilan hijrah, iaitu berhadapan dengan tentera Romawi pada perang Tabuk. Di mana waktu itu berlaku musim panas yang berpanjangan di Madinah, tentera Romawi lebih bersiap sedia dengan peralatan dan gendangan perangnya. Berbagai himpitan situasi krisis ekonomi yang dihadapi Rasulullah SAW dan para sahabat dengan segala faktor yang melingkunginya. Namun Rasulullah sebagai seorang pemimpin yang berwibawa dan bijaksana mengatasi krisis tersebut dengan tekun dan jayanya.
Sebenarnya, terjadinya krisis ekonomi dalam Islam tidak terlepas dari praktek-praktek atau aktivitas ekonomi yang dilakukan bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, seperti tindakan mengkonsumsi riba, monopoli, korupsi, dan tindakan malpraktek lainnya. Bila pelaku ekonomi telah terbiasa bertindak di luar tuntunan ekonomi Ilahiah, maka tidaklah berlebihan bila krisis ekonomi yang melanda kita adalah suatu malapetaka yang sengaja diundang kehadirannya akibat ulah tangan jahil manusia sendiri.
Kejahilan manusia ini terjadi tidaklah terlepas dari sifat ketamakan atau kerakusan manusia yang lebih mementingkan diri sendiri ketimbang kemaslahatan umat sehingga mereka tidak mau mendengar panduan Ilahi. Melakukan praktek ekonomi yang bertentangan dengan syari'at Islam seperti disebutkan dalam ayat-ayat di atas adalah merupakan suatu tindakan yang tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga akan merusak sendi-sendi kehidupan ekonomi umat. Karena setiap aturan Ilahiah senantiasa mengandung kemaslahatan bagi umat baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Sebaliknya, pelanggaran syari'at Islam baik yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak, pasti akan mengundang malapetaka (ganjaran setimpal) langsung atau tidak langsung dari Allah swt. Krisis ekonomi adalah merupakan salah satu contoh malapetaka atau cobaan Tuhan terhadap makhluk-Nya yang telah terlalu jauh melaksanakan aktivitas ekonomi melenceng dari rel al-Qur'an dan Sunnah, seperti melegalkan riba merajelala berlaku di tengah-tengah ekonomi umat.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Siklus bisnis yaitu satu lompatan dalam output, pendapatan, dan kesempatan kerja nasional tetap secara total, yang biasanya berlangsung selama satu periode yang terdiri dari dua sampai sepuluh tahun, dan ditandai ekspansi atau kontraksi dalam berbagai sektor perekonomian. Alquran telah jelas menceritakan tentang adanya siklus bisnis dalam perekonomian dan cara pengelolaannya. Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 43-48 telah menceritakan tentang kebijakan fiskal yang dilakukan masyarakat Mesir pada zaman nabi Yusuf, A.S.
Krisis ekonomi adalah situasi dimana ekonomi dari sebuah negara mengalami penurunan yang disebabkan oleh krisis keuangan. Krisis keuangan dalam perekonomian ditandai dengan jumlah permintaan uang melebihi jumlah penawaran uang, ini artinya bank-bank dan lembaga keuangan non bank mengalami kehabisan likuiditas.
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia antara lain disebabkan karena korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), manipulasi dan praktek-praktek ekonomi yang tidak beretika atau tidak bermoral. krisis ekonomi dalam Islam tidak terlepas dari praktek-praktek atau aktivitas ekonomi yang dilakukan bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, seperti tindakan mengkonsumsi riba, monopoli, korupsi, dan tindakan malpraktek lainnya. Bila pelaku ekonomi telah terbiasa bertindak di luar tuntunan ekonomi Ilahiah, maka tidaklah berlebihan bila krisis ekonomi yang melanda kita adalah suatu malapetaka yang sengaja diundang kehadirannya akibat ulah tangan jahil manusia sendiri.


DAFTAR PUSTAKA
Karim, Azwar Adiwarman. EKONOMI ISLAM ;Suatu Kajian Ekonomi Makro, ( Jakarta : IIIT Indonesia, 2002.)
Nurul Huda et al , Ekonomi Makro Islam; pendekatan teoritis . (Jakarta : KENCANA, PRENADAMEDIA GROUP. 2008 )







Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal dan Jawaban Mata Uang Islam

Puisi tentang Ayah

Kebijakan Fiskal